Copyright © Tituiit Bom
Design by Dzignine

Petral dan Pertamina Sibuk Berbagi Angka


Eeen iiing eeeng..saya mau kultwitkan sedikit fakta2 terkait Petral, Pertamina dan BBM agar publik tidak dibohongi melulu.
Sesuai informasi resmi dari Petral dan Pertamina : Petral thn 2011 impor 266.6 juta barrel minyak mentah (crude), premium dan solar, Harga rata2 utk impor tsb : Crude US$ 103, Gasoline US$ 118 & Solar US$ 123 per barrelnya. Uang rakyat habis US$ 32 Milyar/ 275 Triliun, Jumlah 266,6 juta barel yg diimpor Petral itu setara dengan 42.389.400.000 liter atau 42.3 juta kiloliter. 31.8 juta kl minyak produk.
Sedangkan minyak mentah atau crude yang diimpor melalui Petral antek si mafia BBM adalah 66 juta barel atau 10.5 juta kilo liter., Sementara itu, sesuai info resmi KemenESDM konsumsi BBM nasional kita pada 2011 adalah sebanyak 68 juta KL. (42 juta BBM bersubsidi)
Angka pasti dan detail jumlah konsumsi BBM bersubsidi dan BBM Non subsidi sulit didapatkan. Berbeda2 antara pertamina dan KemESDM, Tetapi selisih perbedaan itu tdk begitu jauh dari total angka 68 juta kiloliter. Nah skrg kita mulai hitung2an sederhana thdp data tsb. BBM 68 juta KL itu setara dengan : 427 juta barrel. Terdiri dari 42 juta KL = 264 juta barrel adalah BBM bersubsidi. Sisanya 26 juta KL atau 163 juta barel BBM non subsidi
Kita impor 200,6 juta barrel atau 31.8 juta KL minyak produk. Artinya sisa 36.2 juta KL dipenuhi dari kilang minyak dalam negeri.
Sesuai info dirut Pertamina ke publik, kapasitas kilang minyak RI adalah  = 41 juta kilo liter.  Ada selisih 5 juta KL dari impor
Dirut Pertamina juga katakan konsumsi BBM RI total hanya 56 juta KL. Ada selisih dengan data resmi 12 juta KL. Info dari distributor resmi Pertamina sebutkan penjualan BBM non subsidi thn 2011 = 26.4 juta KL. Pdhl konsumsi BBM subsidi 41.7 jt KL
Jika ditotal data tsb dapat konsumsi total 68 juta KL. Sedangkan Pertamina sebutkan total konsumsi hanya 56 juta KL pd 2011. Jika total konsumsi BBM nasional hanya 56 juta KL pada tahun 2011. Logikanya penjualan/konsumsi BBM nonsubsidi = 14 juta KL. Artinya ada selisih penjualan BBM non subsidi sebesar : 26.4 – 14 juta KL = 12.4 juta KL. Apa arti semua ini???
Jwbnnya sederhana : 12.4 juta BBM bersubsidi  digelapkan/dialihkan/dijual dlm bentuk BBM non subsidi !!!
Itulah sebabnya impor BBM oleh petral naik terus utk menutupi penggelapan penjualan BBM bersubsidi ke BBM nonsubsidi
Berapa kerugian negara / uang rakyat akibat pengalihan/penggelapan 12.4 juta kiloliter BBM bersubsidi ini?
Asumsi selisih BBM subsidi& nonsubsidi Rp. 4000/liter. Maka kerugian negara/uang rakyat : 12.4 juta KL x 4000 = Rp. 49.600.000.000.000.
Rp. 49.6 triliun uang rakyat dirampok o/ oknum2 PERTAMINA&PETRAL akibat penggelapan BBM bersubsidi. Ini sebabnya BBM langka dimana2, Pengalihan BBM bersubsidi utk dijual menjadi BBM nonsubsidi sudah berlangsung lama dan semakin marak jika harga minyak dunia naik, Sekitar 50 triliun uang negara dirampok pd tahun 2011 oleh oknum Pertamina. mahfud MD teriak : Pertamina Terkorup. Skrg beliau diam.
Ternyata Pertamina datang menyembah2 ke rumah mahfud MD mohon jgn diungkit2 masalah korupsi Pertamina dan berjanji akan usut korupsi itu. Tp rakyat terlanjur dirampok oleh pertamina. Narasumber saya mantan petinggi Pertamina berikan laporan betapa kejinya korupsi Pertamina. Uang hasil rampokan Pertamina itu mengalir kemana2, mulai dari istana sampai DPR. 50 triliun jadi bancakan para koruptor !
Kasus Lady Gaga dan seterusnya itu hanya pengalihan isu saja . Kasus remeh temeh, agar kasus korupsi Pertamina ini dilupakan publik.
Publik disibukan dgn isu Lady Gaga, FPI dst Sementara Pertamina terus merampok puluhan milyar per hari di depan mata kita. Media seperti TVone atau ILC bahkan bang Karniilyas pun terkecoh siarkan isu Lady Gaga & FPI tapi lewatkan isu perampokan uang rakyat
Isu korupsi Petral, pembajakan MT SMYRNI, peledakan bom pipa, kelangkaan BBM, korupsi Pertamina itu jauh lebih penting dan mengerikan
Sekian dulu kultwit ttg korupsi BBM bersubsidi yg merugikan negara Rp. 50 triliun pada 2011 yl. Semoga bermanfaat. Terima kasih